Friday, December 24, 2010

Tidak boleh Menyentuh Mushaf al-Qur’an Dalam Keadaan Berhadath

A. Keterangan para ulama tentang hal ini

Ishaq bin Manshur al Kusji dalam Masail-nya 1/89 mengatakan, “Aku bertanya kepada Imam Ahmad, ‘Apakah seorang yang tidak dalam keadaan berwudhu boleh membaca al Qur’an?” Jawaban beliau, “Boleh akan tetapi tidak boleh membaca al Qur’an sambil memegang mushaf kecuali orang yang dalam keadaan berwudhu”.

Ishaq bin Rahuyah lantas mengatakan, “Hal itu dikarenakan adanya hadits yang shahih dari Nabi, ‘Tidak boleh menyentuh al Qur’an kecuali orang yang suci’. Demikianlah yang dilakukan oleh para shahabat dan tabiin”.

Pendapat Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah ini juga dinukil oleh Ibnul Mundzir dalam al Ausath (2/322, Syamilah).

مَذْهَبُ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ أَنَّهُ لا يَمَسُّ الْمُصْحَفَ إلا طَاهِرٌ كَمَا قَالَ فِي الْكِتَابِ الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ : { أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ } . قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَد : لا شَكَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَهُ لَهُ وَهُوَ أَيْضًا قَوْلُ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَغَيْرِهِمَا . وَلَا يُعْلَمُ لَهُمَا مَنْ الصَّحَابَةِ مُخَالِفٌ .
Ibnu Taimiyyah berkata, “Pendapat imam mazhab yang empat, mushaf al Qur’an tidak boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci sebagaimana dalam surat yang dikirimkan oleh Rasulullah kepada ‘Amr bin Hazm, ‘Tidak boleh menyentuh mushaf melainkan orang yang suci’. Imam Ahmad mengatakan, ‘Tidaklah diragukan bahwa Nabi telah menuliskan surat tersebut kepada Amr bin Hazm’. Inilah pendapat Salman al Farisi, Abdullah bin Umar dan yang lainnya. Tidak diketahui adanya shahabat lain yang menyelisihi pendapat dua shahabat ini” (Majmu Fatawa 21/288).

Beliau juga mengatakan, “Adapun menyentuh mushaf maka pendapat yang benar wajib berwudhu sebelum menyentuh mushaf sebagaimana pendapat jumhur fuqaha. Inilah pendapat yang diketahui dari para shahabat , Saad, Salman dan Ibnu Umar” (Majmu Fatawa 21/288).

Beliau juga berkata, “Dalam masalah ini terdapat riwayat yang shahih dari para shahabat dan itulah pendapat yang didukung dalil dari al Qur’an dan sunnah. Yaitu orang yang dalam keadaan berhadats tidaklah diperbolehkan untuk menyentuh mushaf dan melakukan shalat jenazah namun boleh melakukan sujud tilawah. Tiga masalah ini terdapat riwayat yang kuat dari para shahabat” (Majmu Fatawa 21/270).

Dalam Syarh al Umdah 1/383, Ibnu Taimiyyah berkata, “Hal itu juga merupakan pendapat sejumlah tabiin tanpa diketahui adanya perselisihan di antara para shahabat dan tabiin. Ini menunjukkan bahwa pendapat ini telah dikenal di antara mereka”.

Al Kharqi mengatakan, “Tidak boleh menyentuh mushaf melainkan orang yang suci”. Perkataan beliau ini dijelaskan oleh Ibnu Qudamah sebagai berikut, “Yaitu suci dari hadats besar dan hadats kecil. Diriwayatkan bahwa inilah pendapat Ibnu Umar, al Hasan al Bashri, Atha’, Thawus, Sya’bi, al Qasim bin Muhammad. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii dan ashhab ra’yi (Abu Hanifah dkk). Kami tidak mengetahui adanya pendapat yang menyelisihi pendapat mereka kecuali Daud azh Zhahiri yang membolehkan orang yang berhadats untuk menyentuh mushaf…. Sedangkan al Hakam dan Hammad membolehkan orang yang berhadats untuk menyentuh mushaf dengan menggunakan belakang telapak tangan” (al Mughni 1/256, Syamilah).

Al Nawawi berkata, “Para ulama bermazhab Syafie berdalil dengan hadith di atas. Demikian juga dikarenakan hal tersebut adalah pendapat Ali, Saad bin Abi Waqash dan Ibnu Umar tanpa diketahui adanya shahabat lain yang menyelisihi pendapat beliau-beliau” (al Majmu 2/72, Syamilah).

Ibnu Abdil Barr mengatakan, “Para pakar fiqh dari berbagai kota yang mereka dan murid-murid mereka adalah rujukan dalam fatwa bersepakat bahwa mushaf al Qur’an tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci.”

Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah dan murid-murid mereka, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah pakar fiqh dan hadits di masanya.

Diriwayatkan bahwa ini adalah pendapat Saad bin Abi Waqash, Abdullah bin Umar, Thawus, al Hasan al Bashri, Sya’bi, al Qasim bin Muhammad dan Atha. Merekalah para ulama dari generasi tabiin yang tinggal di kota Madinah, Mekah, Yaman, Kufah dan Bashrah” ( al Istidzkar 2/472, Syamilah).

Dalam at Tamhid (17/397, Syamilah), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para pakar fiqh dari berbagai kota baik Madinah, Iraq dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artikata berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah para pakar fiqh dan hadits di masanya.

Diriwayatkan bahwa inilah pendapat Saad bin Abi Waqash, Abdullah bin Umar, Thawus, al Hasan al Bashri, Sya’bi, al Qasim bin Muhammad dan Atha”.
Al Wazir bin Hubairah dalam al Ifshah 1/68 mengatakan, “Mereka sepakat bahwa orang yang berhadats tidak diperbolehkan untuk menyentuh mushaf”.

B. Riwayat dari Para Shahabat Tentang hal Ini

1. Saad bin Abi Waqash

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ أُمْسِكُ الْمُصْحَفَ عَلَى سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ فَاحْتَكَكْتُ فَقَالَ سَعْدٌ لَعَلَّكَ مَسِسْتَ ذَكَرَكَ قَالَ فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ قُمْ فَتَوَضَّأْ فَقُمْتُ فَتَوَضَّأْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ

Dari Mush’ab bin Saad bin Abi Waqash, “Aku memegang mushfah di hadapan Saad bin Abi Waqash lalu aku menggaru-garu kemaluanku”. Beliau lantas berkata, “Engkau menyentuh kemaluanmu?”. “ Ya ”, jawabku. Beliau berkata, “Berdirilah lalu berwudhulah”. Aku lantas bangkit berdiri dan berwudhu lalu aku kembali (Diriwayat oleh Imam Malik dalam Muwatha no 128 dll).
Al Baihaqi dalam al Khilafiyat 1/516 mengatakan, “Riwayat ini shahih, diriwayatkan oleh Malik dalam al Muwatha’).
Dalam Majmu Fatawa 21/200, Ibnu Taimiyyah berkata, “Riwayat tersebut shahih dari Saad”.
Riwayat di atas juga dinilai shahih oleh al Albani dalam al Irwa 1/161 no 122.

2. Salman al Farisi

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ كُنَّا مَعَهُ فِى سَفَرٍ فَانْطَلَقَ فَقَضَى حَاجَتَهُ ثُمَّ جَاءَ فَقُلْتُ أَىْ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ تَوَضَّأْ لَعَلَّنَا نَسْأَلُكَ عَنْ آىٍ مِنَ الْقُرْآنِ فَقَالَ سَلُونِى فَإِنِّى لاَ أَمَسُّهُ إِنَّهُ لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ فَسَأَلْنَاهُ فَقَرَأَ عَلَيْنَا قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ.

Dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman, Kami bepergian bersama Salman. Suatu ketika beliau pergi untuk buang hajat setelah kembali aku berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah, berwudhulah agar kami bisa bertanya kepadamu tentang ayat-ayat al Qur’an”. Beliau berkata, “Silahkan bertanya namun aku tidak akan menyentuhnya. ‘Sesungguhnya tidaklah menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan’ (QS al Waqiah:77)”. Kamipun mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau dan beliau bacakan beberapa ayat kepada kami sebelum beliau berwudhu (Diriwayatkan oleh al Hakim no 3782 dan dinilai shahih oleh al Hakim dan disetujui oleh adz Dzahabi, Daruquthni no 454 dll).
Dalam Majmu Fatawa 21/200, Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa riwayat dari Salman itu shahih.

3. Abdullah bin Umar

عن نافع عن بن عمر أنه كان لا يمس المصحف إلا وهو طاهر

Dari Nafi, “Tidaklah Ibnu Umar menyentuh mushaf melainkan dalam keadaan suci” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no 4728

No comments: